Refleksi Tauhid, Spiritualitas Tasawuf, & Keteladanan Rasululloh ï·º dalam Ibadah Umrah
(Bersama Elsasya Utama Voyages Sumatera Utara)”
Editor,
- Kiyai Kh.Dr. Muhammad Sontang Sihotang, S.Si., M.Si.
Kepala Laboratorium Fisika Nuklir,
FMIPA Universitas Sumatera Utara
Kolaborator Lapangan & Edukasi Umrah :
Elsasya Utama Voyages – Sumatera Utara
ABSTRAK
Hajarul Aswad merupakan salah satu simbol sakral paling sentral dalam ritual tawaf pada ibadah haji dan umrah. Praktik menyentuh atau mencium Hajarul Aswad sering kali dipahami secara normatif sebagai sunnah Rasulullah ï·º, namun dalam konteks kekinian, pemahaman jamaah kerap terjebak antara sakralisasi berlebihan dan reduksi simbolik yang dangkal. Artikel ini mengkaji makna Hajarul Aswad secara komprehensif melalui pendekatan lintas-disipliner: fisika material, metafisika Islam, spiritualitas kerohanian, tarekat & tasawuf, hingga perspektif hakekat & makrifat (Alloooh & Rasul). Dengan menempatkan Hajarul Aswad sebagai titik temu antara realitas materi & kesadaran ilaaahiah, tulisan ini menegaskan bahwa praktik ritual tidak bermuara pada benda, melainkan pada transformasi kesadaran tauhid. Kajian ini disusun sebagai refleksi ilmiah-populer yang juga berfungsi sebagai materi penguatan manasik & pendampingan ruhani jamaah umrah bersama Elsasya Utama Voyages Sumatera Utara.
Kata kunci: Hajarul Aswad, Tawaf, Fisika Metafisika, Tasawuf, Makrifat, Umrah, Tauhid.
- PENDAHULUAN:
ANTARA BATU & KESADARAN TAUHID
Setiap jamaah umrah yang memasuki Masjidil Haram akan menyaksikan sebuah paradoks spiritual: jutaan manusia berusaha menyentuh sebuah batu, namun Islam secara tegas menolak pemujaan terhadap benda. Di sinilah Hajarul Aswad menghadirkan pelajaran tauhid paling subtil. Ia disentuh bukan karena ia ilaaahi, melainkan karena Rasululloh ï·º menyentuhnya. Dengan demikian, orientasi ibadah berpindah dari objek ke keteladanan, dari materi ke makna, dari batu ke kesadaran tauhid.
Dalam konteks pendampingan jamaah umrah modernseperti yang dilakukan bersama Elsasya Utama Voyages Sumatera Utara pemahaman ini menjadi krusial agar ibadah tidak berhenti pada euforia ritual, tetapi berlanjut sebagai transformasi ruhani yang berkelanjutan.
- ARGUMENTASI FISIKA: HAJARUL ASWAD SEBAGAI REALITAS MATERI
Dalam kerangka fisika & ilmu material, Hajarul Aswad adalah objek materi yang tunduk pada hukum alam. Ia mengalami abrasi, fragmentasi & perubahan permukaan akibat sentuhan jutaan manusia selama berabad-abad. Tidak terdapat bukti empiris bahwa batu tersebut memancarkan energi supranatural atau memiliki efek fisik langsung terhadap kesehatan manusia.
Namun justru di sinilah pelajaran tauhid ditegaskan:
Islam tidak menggantungkan kesakralan pada hukum fisika, tetapi pada perintah & makna.
Fisika mengajarkan bahwa batu itu netral; agama mengajarkan bahwa netralitas itu ditransformasikan oleh niat & keteladanan Rasululloh.
- METAFISIKA ISLAM: SIMBOL TITIK AWAL PERJANJIAN
Dalam perspektif metafisika Islam, Hajarul Aswad dipahami sebagai simbol mitsaq (perjanjian primordial) antara manusia dan Alloooh. Ia menandai titik awal tawaf, sebagaimana kehidupan manusia berawal dari kesaksian Alastu bi Rabbikum ….(Surat Al-A’Raf ayat 172).
Mencium atau menyentuh Hajarul Aswad bukanlah komunikasi dengan batu, melainkan penegasan ulang komitmen eksistensial manusia kepada Alloooh, yang diekspresikan melalui simbol fisik agar dapat dihayati oleh kesadaran insaniah.
- TASAWUF & TAREKAT: HAJARUL ASWAD SEBAGAI KATALIS ZIKIR
Dalam tasawuf & tarekat, ritual lahir hanya bernilai jika melahirkan gerak batin. Hajarul Aswad berfungsi sebagai katalis zikir, yakni pemicu kesadaran ruhani yang mengarahkan dari hati / matahati kepada Alloooh Subhana Wa Ta’ala.
Seorang salik yang menyentuh Hajarul Aswad tanpa zikir, tanpa taubat, & tanpa kesadaran, hanyalah menyentuh batu. Namun seorang salik yang menyentuhnya dengan hati / matahati yang hadir, sedang sejatinya menyentuh titik kesadaran tauhid.
Pendampingan spiritual oleh pembimbing umrah—seperti yang diupayakan dalam program Elsasya Utama Voyages—menjadi penting agar jamaah tidak sekadar melakukan, tetapi mengalami.
- HAKEKAT & MAKRIFAT: DARI BATU MENUJU ALLOOOH & RASUL
Pada tingkat hakekat, Hajarul Aswad mengajarkan bahwa seluruh alam adalah tanda, bukan tujuan. Pada tingkat makrifat, seorang hamba menyadari bahwa:
“Yang dicari bukan Hajarul Aswad, bukan Ka’bah, bukan tawaf itu sendiri, melainkan Alloooh yang disembah & Rasul yang diteladani.”
Makrifat menegaskan bahwa cinta kepada Rasululloh ï·º menjadi jembatan utama menuju cinta kepada Alloooh. Maka mencium Hajarul Aswad adalah ekspresi cinta terhadap sunnah, bukan terhadap benda.
- PERAN TRAVEL UMRAH: MEMBIMBING DARI RITUAL KE TRANSFORMASI
Dalam konteks inilah Elsasya Utama Voyages Sumatera Utara tidak hanya berperan sebagai penyelenggara perjalanan, tetapi sebagai wasilah edukasi spiritual. Umrah bukan sekadar perjalanan geografis, melainkan perjalanan kesadaran.
Pendekatan ilmiah-spiritual ini memperkaya manasik, memperdalam makna ibadah, & membantu jamaah pulang sebagai pribadi yang lebih bertauhid, lebih berakhlak, & lebih sadar akan misi hidupnya.
KESIMPULAN
Hajarul Aswad bukanlah sumber kekuatan fisik, melainkan cermin kesadaran tauhid. Ia disentuh bukan karena ia memberi manfaat, tetapi karena Rasululloh ï·º mencontohkannya. Melalui pendekatan fisika, metafisika, tasawuf, & makrifat, kita memahami bahwa ritual umrah adalah proses integrasi antara tubuh, akal & ruh.
Bersama pendampingan yang tepat, seperti melalui Elsasya Utama Voyages Sumatera Utara ; ibadah umrah dapat menjadi momentum transformasi total : dari ritual menuju realisasi tauhid, dari perjalanan fisik menuju perjalanan makrifat. (ms2).


