Muhammad Sontang Sihotang, Aditya
Sarewanen Syahputra & Manathan Pangaribuan, Laboratorium Fisika Inti (Nuklir), Program Studi Fisika, Fakultas
Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara-Medan
Pendahuluan
Fisika modern berupaya menjelaskan
struktur dasar alam semesta melalui teori standar partikel. Salah satu penemuan
penting adalah Higgs Boson (God Partikel) pada Large Hadron Collider (LHC) tahun 2012, yang
menjawab pertanyaan mendasar tentang asal-usul massa partikel. Mekanisme Higgs
memungkinkan partikel memperoleh massa melalui interaksi dengan medan Higgs
yang memenuhi seluruh ruang (Shaposhnikov, 2015). Tanpa mekanisme ini, partikel
tidak akan memiliki massa, sehingga atom dan materi tidak mungkin terbentuk.
Pembahasan
Higgs boson merupakan partikel
kuantum yang menegaskan keberadaan medan Higgs. Medan ini berinteraksi dengan
partikel tertentu dan memberikan massa sesuai kekuatan interaksi. Boson W dan Z
memperoleh massa melalui mekanisme ini, sementara foton tetap tidak bermassa
karena tidak berinteraksi dengan medan Higgs (Ortona, Salvati, & Vicini,
2023).
Partikel penyusun materi, seperti
quark dan lepton, memperoleh massa dasar dari medan Higgs. Namun, massa proton
dan neutron sebagai penyusun inti atom lebih banyak berasal dari energi ikatan
gaya kuat yang mengikat quark di dalamnya (Seshavatharam & Lakshminarayana,
2017). Artinya, keberadaan Higgs boson tidak hanya penting bagi partikel
elementer, tetapi juga bagi pemahaman struktur atom dan inti.
Proton dan neutron membentuk inti
atom melalui gaya nuklir kuat. Energi ikatan yang menyatukan inti menyebabkan
fenomena cacat massa (mass defect), yaitu massa inti yang lebih kecil
dibandingkan jumlah proton dan neutron penyusunnya (Physics LibreTexts, 2022).
Energi ikatan inilah yang menjadi sumber energi nuklir ketika inti atom
mengalami reaksi fisi atau fusi.
Fisi terjadi ketika inti berat,
seperti uranium, terbelah menjadi inti lebih kecil, melepaskan energi dalam
jumlah besar. Sebaliknya, fusi menyatukan inti ringan, seperti hidrogen, untuk
membentuk inti yang lebih berat, menghasilkan energi yang bahkan lebih besar
(OpenStax, 2016). Energi ini dimanfaatkan dalam berbagai bidang, mulai dari
pembangkit listrik hingga riset energi terbarukan.
Reaktor nuklir merupakan teknologi
yang memanfaatkan reaksi fisi terkendali untuk menghasilkan energi. Dalam
reaktor, inti uranium-235 atau plutonium-239 dibombardir oleh neutron hingga
mengalami pembelahan, melepaskan energi panas. Panas ini digunakan untuk
menghasilkan uap air yang kemudian menggerakkan turbin pembangkit listrik.
Selain fisi, penelitian modern juga
berfokus pada reaktor fusi yang meniru proses energi matahari. Fusi dianggap
lebih bersih dan berkelanjutan karena tidak menghasilkan limbah radioaktif
jangka panjang seperti fisi. Namun, hingga kini teknologi reaktor fusi masih
dalam tahap pengembangan karena tantangan stabilitas plasma dan kebutuhan
energi awal yang sangat besar.
Perkembangan reaktor nuklir
menunjukkan bahwa energi yang terkandung dalam inti atom dapat dimanfaatkan
secara luas, tetapi juga membutuhkan pengendalian ketat untuk menghindari
dampak negatif terhadap lingkungan dan keamanan. Dengan demikian, energi nuklir
merupakan wujud nyata hubungan antara fenomena dasar partikel, inti atom, dan penerapan
teknologi dalam skala besar.
Kesimpulan
Penemuan Higgs boson memperkuat
pemahaman tentang asal massa partikel, yang selanjutnya berhubungan dengan
struktur inti atom dan energi yang tersimpan di dalamnya. Energi nuklir yang
dilepaskan melalui reaksi fisi dan fusi berasal dari perbedaan energi ikatan
dalam inti atom. Reaktor nuklir menjadi bukti nyata bagaimana konsep teoretis
dalam fisika partikel dapat diaplikasikan untuk memenuhi kebutuhan energi
manusia. Dengan demikian, keterkaitan antara Higgs boson, massa partikel, inti
atom, dan energi nuklir menggambarkan kesinambungan antara teori fundamental
fisika dan penerapannya dalam kehidupan modern.(ms2)