oleh ;
1. KH. Dr. Muhammad Sontang Sihotang S.Si, M.Si*.(Kepala Laboratorium Fisika Nuklir, Prodi Fisika, Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam, Peneliti Pusat Unggulan Ipteks Karbon & Kemenyan-Universitas Sumatera Utara (USU)-Medan, Peserta Pra Asesmen Mandiri (PAM) Indonesia Timur Gelombang VI, Mantan Wartawan / Kolumnis / Reporter, Kepala Biro dan Wilayah, Wakil Pemimpin Redaksi www.WasantaraOnline.com dan media online www.portal.medan.com
2. Ir. Nuryana, (Direktur Kelembagaan dan Kerjasama YGSN (Yayasan Gerakan Solidaritas Nasional), Assessor Nasional Pra Assessmen Mandiri (PAM) untuk Proses Pemilihan Nominasi Calon Komisaris Independen BUMN wilayah Indonesia Timur.
3. Erlambang Trisakti, SH (Koordinator Nasional Pra Asesmen Mandiri (PAM), Sekjen Garuda Asta Cita Nusantara (GAN),
4. Asnawi Yusuf (Koordinator Wilayah Pra Asesmen Mandiri (PAM) Indonesia Timur).
A.
Ringkasan
Urgensi : Pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) di sektor industri berat menjadi isu strategis nasional, khususnya dalam
konteks transisi menuju ekonomi hijau, implementasi kebijakan Zero Waste, dan
pencapaian indikator Sustainable Development Goals (SDGs). PT. Inalum, sebagai
produsen utama aluminium di Indonesia, menghasilkan berbagai jenis limbah B3
yang berisiko tinggi terhadap lingkungan bila tidak dikelola dengan tepat.
Urgensi kajian ini terletak pada kebutuhan untuk mendesain model pengelolaan
limbah yang tidak hanya patuh regulasi, tetapi juga inovatif, ekonomis, dan
berkelanjutan.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
potensi pemanfaatan limbah B3 menjadi produk bernilai ekonomi dengan menerapkan
prinsip sirkular ekonomi, kolaborasi multipihak (Hepta Helix), serta pendekatan
teknologi hijau.
Metode yang digunakan adalah studi kasus eksploratif
berbasis analisis dokumen kebijakan, kajian literatur ilmiah, dan pemetaan SWOT
strategis.
Luaran yang ditargetkan mencakup: (1) model integratif
pengelolaan limbah B3 berbasis inovasi; (2) rekomendasi strategis untuk
industri logam nasional dalam mencapai PROPER GOLD; serta (3) naskah artikel
ilmiah siap publikasi pada jurnal internasional bereputasi.
Artikel ini membahas strategi pengelolaan limbah
industri, khususnya Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), yang dihasilkan
oleh PT. Inalum (Indonesia Asahan Aluminium). Perusahaan ini memproduksi
berbagai jenis limbah B3 seperti anode scraps, black dross, spent pot lining
(SPL), baking filter dust (BFD), dan sludge. Dengan menerapkan pendekatan Zero
Waste dan Ekonomi Sirkular, serta mengacu pada ketentuan dalam PP No. 21 Tahun
2021 dan PP No. 101 Tahun 2014, PT. Inalum dapat mengubah limbah-limbah
tersebut menjadi produk inovatif bernilai ekonomi tinggi dan ramah lingkungan.
Penelitian ini menyoroti pemanfaatan teknologi pengolahan limbah berbasis
prinsip keberlanjutan, kontribusi terhadap indikator Sustainable Development Goals
(SDGs), dan integrasi dengan skema PROPER GOLD dan kerangka kolaborasi Hepta
Helix. Hasil kajian menunjukkan bahwa pengelolaan limbah industri berbasis
inovasi berperan strategis dalam mendorong transisi menuju ekonomi hijau dan
biru.
Kata kunci: Limbah B3, PT. Inalum, Zero Waste, Ekonomi
Sirkular, SDGs, PROPER GOLD, Inovasi Produk, Hepta Helix
B. Pendahuluan
Latar Belakang : Perkembangan industri berbasis
mineral dan logam di Indonesia, seperti industri aluminium, menimbulkan
tantangan besar dalam pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) [1].
PT. Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), sebagai produsen aluminium primer
nasional, menghasilkan limbah industri dalam jumlah signifikan setiap tahun,
seperti anode scraps, black dross, spent pot lining (SPL), baking filter dust
(BFD), dan sludge dari instalasi pengolahan air limbah. Jenis limbah tersebut
diklasifikasikan sebagai Limbah B3 sebagaimana tertuang dalam PP No. 101 Tahun
2014 [2], dengan risiko terhadap kesehatan manusia dan lingkungan jika tidak
dikelola secara aman dan efisien.
Di sisi lain, dinamika global yang menekankan
pentingnya transisi menuju ekonomi hijau, ekonomi biru, dan keberlanjutan
lingkungan mendorong adopsi model Zero Waste dan Circular Economy di sektor
industri [3]. Sejalan dengan itu, SDGs khususnya tujuan ke-9 (industri, inovasi
dan infrastruktur), ke-12 (konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab), serta
ke-13 (penanggulangan perubahan iklim), menjadi kerangka normatif yang menuntut
industri tidak hanya meminimalkan limbah, tetapi juga mengonversinya menjadi
produk bernilai tambah melalui pendekatan inovatif [4].
Rumusan Permasalahan : Permasalahan utama yang menjadi
dasar kajian ini adalah:
1. Bagaimana strategi pemanfaatan
limbah B3 PT. Inalum dapat dikembangkan agar sejalan dengan prinsip Zero Waste
dan Ekonomi Sirkular?
2. Teknologi dan kolaborasi seperti
apa yang diperlukan untuk merealisasikan transformasi limbah menjadi produk
inovatif yang ramah lingkungan dan bernilai ekonomi?
3. Bagaimana kontribusi model pengelolaan
limbah ini terhadap pencapaian PROPER GOLD dan SDG's?
Pendekatan Pemecahan Masalah : Untuk menjawab rumusan masalah
tersebut, kajian ini menggunakan pendekatan studi kasus eksploratif terhadap
PT. Inalum, dengan metode kualitatif berbasis kajian dokumen kebijakan
nasional, laporan teknis perusahaan, dan literatur ilmiah internasional. Selain
itu, digunakan analisis SWOT strategis untuk memetakan posisi internal dan
eksternal perusahaan dalam konteks transformasi pengelolaan limbah. Pendekatan
sistemik dilakukan dengan mengintegrasikan prinsip Hepta Helix Collaboration
guna merancang model manajemen inovatif yang inklusif dan berkelanjutan [5].
State-of-the-Art dan Kebaruan (Novelty) : Kajian ini memperbarui wacana
tentang pengelolaan limbah B3 dengan menggabungkan pendekatan regulatif (PP
101/2014 dan PP 21/2021) [2][6], pendekatan teknologi (rekayasa ulang bahan
limbah), dan pendekatan sosial-ekonomi (kolaborasi Hepta Helix). Beberapa studi
terdahulu hanya menekankan aspek teknis daur ulang atau kepatuhan hukum [7],
namun belum mengintegrasikan prinsip zero waste secara penuh ke dalam strategi
bisnis korporasi.
Kebaruan utama dalam kajian ini adalah: (1)
pengembangan peta jalan inovasi limbah B3 berbasis triple-bottom-line; (2)
sintesis teori Sustainable Development, Circular Economy, dan Inovasi Sistemik
dalam konteks industri berat; (3) integrasi model ekosistem PROPER GOLD dengan
SDGs dan roadmap industri hijau nasional.
Pengelolaan limbah industri, khususnya Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3), telah menjadi fokus utama dalam studi lingkungan
dan rekayasa proses selama dua dekade terakhir. Seiring meningkatnya kesadaran
global terhadap prinsip pembangunan berkelanjutan, pendekatan terhadap limbah
industri pun bergeser dari sekadar penanganan akhir (end-of-pipe) menuju
konsep valorisasi limbah, yaitu transformasi limbah menjadi produk
bernilai tinggi melalui teknologi inovatif.
1. Transformasi Limbah B3 menjadi
Produk Bernilai
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa limbah padat
seperti anode scraps, black dross, dan spent pot lining (SPL)
dari industri aluminium mengandung potensi mineral dan karbon yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku sekunder. Menurut Chen et al. (2020), proses inertization
dan thermal treatment pada SPL memungkinkan ekstraksi karbon residu dan
stabilisasi senyawa berbahaya seperti fluorin dan sianida, menjadikannya layak
sebagai bahan konstruksi alternatif.
2. Pemanfaatan Debu dan Sludge
Industri
Baking Filter Dust (BFD) dan sludge dari pengolahan
udara dan air limbah mengandung partikel logam dan oksida yang dapat diolah
menjadi bahan komposit, insulasi, dan bahkan adsorben karbon aktif. Gao et al.
(2021) mengembangkan metode aktivasi kimia BFD untuk menghasilkan material
berpori tinggi yang efektif dalam penyerap logam berat. Hal ini menunjukkan
bahwa residu yang semula dikategorikan berbahaya dapat direkayasa menjadi bahan
fungsional dengan pendekatan ilmiah yang tepat.
3. Penguatan Konsep Circular
Economy dan Zero Waste
Model ekonomi sirkular telah diadopsi secara luas
di Eropa dan Asia Timur sebagai dasar pengelolaan limbah industri yang
mengintegrasikan reduce, reuse, recycle, serta remanufacture.
Indonesia, melalui strategi nasional pengelolaan sampah (Jakstranas) dan
integrasi SDGs ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN),
mendorong penerapan industri hijau melalui pemanfaatan limbah B3 sebagai sumber
daya alternatif (KLHK, 2021). Dalam konteks ini, PT. Inalum memiliki peluang
strategis untuk mengembangkan closed-loop production system sebagai
bagian dari green transformation industri logam nasional.
4. Posisi PT. Inalum dalam
Ekosistem Inovasi Lingkungan
Hingga saat ini, belum banyak studi yang mengulas
secara mendalam integrasi sistemik antara pengelolaan Limbah B3 industri logam
berat dan implementasi lintas program seperti PROPER GOLD, SDGs, serta Hepta
Helix Collaboration. Studi ini memberikan kontribusi penting dengan menjadikan
PT. Inalum sebagai studi kasus dalam industrial ecology, sekaligus
menawarkan model teknis, ekonomis, dan sosial yang dapat direplikasi di
industri sejenis.
Peta Jalan (Roadmap) Kajian 5 Tahun
Tahun |
Fokus Strategis |
Keluaran Utama |
Tahun 1 |
Pemetaan jenis limbah B3 dan potensi manfaatnya |
Basis
data limbah dan analisis karakteristik teknis-ekonomis |
Tahun 2 |
Rancang bangun prototipe pengolahan limbah
menjadi produk inovatif |
Prototipe
komposit, bata tahan panas, dan karbon aktif dari BFD |
Tahun 3 |
Model bisnis daur ulang limbah berbasis Hepta
Helix |
Dokumen
bisnis model dan simulasi akuntansi biaya-produksi |
Tahun 4 |
Uji coba skala terbatas di fasilitas Inalum |
Laporan
hasil uji dan evaluasi performa lingkungan dan ekonomi |
Tahun 5 |
Penguatan kebijakan dan replikasi di industri
sejenis |
Rekomendasi
kebijakan dan publikasi ilmiah berskala nasional dan internasional |
Melalui roadmap tersebut, diharapkan tercapai
kontribusi nyata industri terhadap pembangunan berkelanjutan, sekaligus
memperkuat peran Indonesia dalam agenda global transisi menuju ekonomi hijau.
C. Grand Theory
Penelitian ini mendasarkan pendekatannya pada teori
utama (grand theory) yaitu Teori Pembangunan Berkelanjutan
(Sustainable Development Theory) yang dikembangkan oleh Brundtland
Commission (1987), yang menekankan keseimbangan antara kebutuhan pembangunan ekonomi,
perlindungan lingkungan, dan keberlanjutan sosial lintas generasi. Teori ini
menjadi dasar integratif dalam menjelaskan pentingnya pengelolaan limbah B3
secara sistemik, tidak hanya untuk kepatuhan regulatif tetapi juga sebagai
instrumen strategis dalam pembangunan berkelanjutan industri.
Selain itu, digunakan pula Teori Ekonomi
Sirkular (Ellen MacArthur Foundation, 2013) yang menekankan pentingnya
pemanfaatan ulang, perpanjangan umur material, dan penciptaan sistem produksi
konsumsi tertutup (closed-loop systems) dalam industri. Teori ini relevan dalam
membingkai bagaimana limbah B3 seperti spent pot lining dan BFD dapat diubah
menjadi sumber daya baru yang mendukung produktivitas dan inovasi.
Penelitian ini juga merujuk pada Teori Inovasi
Sistemik dan Kolaboratif yang menekankan pentingnya interaksi multi-aktor
dan pendekatan lintas sektor, sesuai dengan prinsip Hepta Helix
Collaboration. Kolaborasi antara sektor industri, akademisi, pemerintah,
masyarakat, media, lembaga keuangan, dan NGO menjadi fondasi penting dalam
mendukung proses inovasi pengelolaan limbah yang berkelanjutan.
Dengan sintesis dari ketiga teori tersebut, kajian
ini menawarkan pendekatan holistik dalam mengelola limbah industri berat menuju
transformasi industri hijau yang berkelanjutan.
D. Metode Kajian
Kajian ini menggunakan pendekatan studi kasus
eksploratif terhadap pengelolaan limbah industri B3 di PT. Inalum dengan
tahapan yang terstruktur. Setiap langkah dilaksanakan secara terkoordinasi
bersama mitra akademik, industri, dan regulator sesuai prinsip kolaborasi Hepta
Helix.
1. Prosedur Kajian
Tahap |
Prosedur |
Luaran |
Indikator
Capaian |
Penanggung
Jawab |
1. |
Identifikasi & klasifikasi limbah B3 (anode
scraps, SPL, BFD, sludge) |
Matriks jenis & volume
limbah |
Tersusunnya database limbah |
Tim riset + Inalum |
2. |
Karakterisasi fisik dan kimia limbah (pH, logam
berat, karbon, etc) |
Laporan hasil uji laboratorium |
Parameter limbah terukur |
Laboratorium USU + Tim teknis |
3. |
Perancangan model pengolahan berbasis teknologi
hijau & circular economy |
Model alur teknis-konseptual |
Tersusunnya diagram sistem pengolahan |
Tim riset + mitra teknologi |
4. |
Pembuatan prototipe produk (komposit, karbon
aktif, bata tahan api) |
Produk uji skala laboratorium |
Prototipe minimum 2 produk |
Mahasiswa S2 + mitra bengkel |
5. |
Validasi lapangan & analisis SWOT |
Laporan SWOT dan umpan balik |
Matriks strategi penguatan |
Tim riset + manajemen Inalum |
6. |
Formulasi kebijakan & rekomendasi PROPER GOLD |
Dokumen kebijakan |
Naskah rekomendasi resmi |
Tim akademik + KLHK |
7. |
Publikasi dan diseminasi hasil |
Draft jurnal Q2 dan policy
brief |
Minimal 1 artikel terbit |
Peneliti utama + mitra kampus |
2. Hasil dan Model Produk Prototipe
- Prototipe
produk inovatif dari limbah B3 yang layak teknis dan ekonomis.
- Dokumen
strategi pengelolaan limbah B3 berorientasi PROPER GOLD.
- Model
ekosistem kolaboratif Hepta Helix dalam pemanfaatan limbah industri.
- Satu
publikasi ilmiah internasional terindeks Scopus (Q1–Q2).
- Policy
brief untuk pemerintah daerah dan KLHK.
3. Indikator Capaian yang
Ditargetkan
- 100 %
jenis limbah teridentifikasi dan dikarakterisasi.
- 2–3
prototipe produk berhasil diuji fungsional.
- Model
bisnis dan roadmap inovasi tersedia.
- Diseminasi
dilakukan melalui seminar nasional/internasional.
- 1–2
artikel ilmiah diterbitkan.
E. HASIL YANG DIHARAPKAN
Kajian ini ditujukan untuk menghasilkan luaran yang
konkret, terukur, dan berkelanjutan baik dalam aspek teknis, ekonomi, sosial
maupun kebijakan. Hasil yang diharapkan dari kajian ini mencakup lima kategori
utama berikut:
1. Produk Inovatif Berbasis
Limbah B3
- Terciptanya
minimal dua jenis produk uji dari limbah B3 yang aman dan bernilai
ekonomi, seperti:
- Bahan
konstruksi ringan (komposit dari SPL dan dross hitam)
- Karbon
aktif dari baking filter dust (BFD)
- Batu
bata tahan panas dari anode scraps
- Produk
memiliki hasil uji teknis sesuai standar industri dan dapat direplikasi
untuk produksi skala kecil hingga menengah.
2. Model Sistem Pengelolaan
Limbah Terintegrasi
- Tersusunnya
blueprint sistem pengelolaan limbah B3 yang mengintegrasikan
teknologi ramah lingkungan, regulasi PP 101/2014, dan prinsip Circular
Economy.
- Model
ini menggabungkan teknologi daur ulang, pemrosesan ulang, dan pemanfaatan
kembali dengan pendekatan Hepta Helix Collaboration (industri,
akademisi, pemerintah, komunitas, media, keuangan, dan NGO).
3. Dokumen Rekomendasi Kebijakan
dan Peta Jalan
- Tersusunnya
dokumen kebijakan dan roadmap 5 tahun untuk implementasi strategi
Zero Waste di industri logam nasional.
- Dokumen
ini akan ditujukan kepada:
- Manajemen
PT. Inalum
- Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
- Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara
- Komite
Nasional SDGs Indonesia
4. Publikasi Ilmiah dan
Diseminasi Pengetahuan
- Diterbitkannya
minimal:
- 1
artikel ilmiah
pada jurnal internasional terindeks Scopus (Q1–Q2)
- 1
artikel prosiding pada seminar nasional/internasional terkait
teknologi lingkungan
- 1
policy brief
untuk pengambilan keputusan tingkat kementerian/industri
- Terselenggaranya
minimal 1 kegiatan diseminasi publik, seperti talkshow FGA,
pelatihan, atau pameran hasil produk inovatif.
5. Penguatan Kapasitas dan
Ekosistem Inovasi Lokal
- Terwujudnya
model kolaborasi riset-produksi-pasar antara akademisi, pelaku
industri kecil, dan pemerintah daerah.
- Adanya
mitra lokal binaan (bengkel atau UMKM) yang mampu memproduksi
produk dari limbah B3 secara mandiri.
- Meningkatnya
kesadaran lingkungan masyarakat melalui pelatihan, publikasi media, dan
partisipasi komunitas lokal.
F. Logical Framework Matrix (Logframe)
Tujuan/Level |
Indikator Capaian (Objectively
Verifiable Indicators) |
Sumber Verifikasi (Means of Verification) |
Asumsi Penting (Assumptions) |
Tujuan Umum |
Terimplementasinya sistem
pengelolaan limbah B3 PT. Inalum yang mendukung Zero Waste & SDGs |
Laporan
akhir kajian, adopsi oleh manajemen Inalum, rekomendasi KLHK |
Dukungan berkelanjutan dari
manajemen dan regulator |
Tujuan Khusus |
Terciptanya produk inovatif,
model pengelolaan limbah, dan dokumen kebijakan |
Prototipe
produk, cetak biru sistem, policy brief, artikel Scopus |
Teknologi tepat guna tersedia
dan dapat diakses lokal |
Luaran 1: Produk inovatif dari limbah
B3 |
Min. 2 produk uji fungsional
(komposit, karbon aktif, bata tahan panas) |
Laporan
uji teknis laboratorium, uji lapangan terbatas |
Material limbah mencukupi dan
konsisten tersedia |
Luaran 2: Model sistem pengelolaan
limbah |
Tersusunnya blueprint
pengelolaan limbah integratif berbasis circular economy |
Dokumen
sistem terbit dan di-review akademik |
Data internal perusahaan
terbuka untuk dianalisis |
Luaran 3: Rekomendasi kebijakan |
Dokumen roadmap dan rekomendasi
kebijakan PROPER GOLD diterima pemangku kebijakan |
Surat
penerimaan rekomendasi, notulensi pertemuan |
Stakeholder terbuka terhadap
inovasi kebijakan |
Luaran 4: Publikasi dan diseminasi |
Artikel ilmiah terbit (Scopus
Q1–Q2), policy brief, kegiatan pameran/pelatihan |
Bukti
publikasi, dokumentasi kegiatan, laporan media |
Media ilmiah terbuka dan
mendukung tema kajian |
Luaran 5: Ekosistem inovasi lokal
terbentuk |
Adanya 1–2 UMKM mitra yang
aktif memproduksi hasil riset |
MoU/kerja
sama, testimoni UMKM, pelaporan diseminasi |
UMKM memiliki minat dan
kesiapan teknologi |
G. Analisis SWOT
Komponen |
Analisis
SWOT |
Strengths (Kekuatan) |
-PT. Inalum memiliki
infrastruktur dan kapasitas produksi besar yang memungkinkan penerapan
teknologi pengolahan limbah. -Ketersediaan limbah B3 dalam
jumlah besar yang dapat diubah menjadi produk bernilai ekonomi. -Komitmen terhadap program
PROPER dan SDG’s sebagai bagian dari strategi korporat. |
Weaknesses (Kelemahan) |
-Biaya investasi awal tinggi
untuk teknologi pengolahan limbah. -Masih terbatasnya SDM & keahlian
dalam teknologi pemanfaatan limbah B3 secara komersial. -Keterbatasan riset lokal dalam
rekayasa ulang material limbah. |
Opportunities (Peluang) |
-Dukungan kebijakan nasional
terhadap industri hijau dan ekonomi sirkular. -Potensi kemitraan dalam skema
Hepta Helix untuk mempercepat inovasi. -Permintaan pasar global
terhadap produk ramah lingkungan. |
Threats (Ancaman) |
-Risiko regulasi lingkungan
yang semakin ketat. -Fluktuasi harga pasar bahan
baku daur ulang. -Tantangan dalam membangun
ekosistem industri berbasis limbah yang terintegrasi. |
H. Pembahasan SWOT
Analisis SWOT menunjukkan bahwa PT. Inalum berada
dalam posisi strategis untuk mentransformasikan limbah B3 menjadi sumber daya
produktif. Kekuatan internal perusahaan, seperti skala industri dan dukungan
regulasi, memberikan fondasi yang kuat untuk implementasi pendekatan Zero Waste
dan Ekonomi Sirkular. Namun, kelemahan seperti keterbatasan SDM dan tingginya
biaya awal menjadi tantangan utama yang perlu diatasi melalui kolaborasi dengan
mitra akademik dan teknologi.
Di sisi lain, peluang yang tersedia sangat besar,
terutama dalam konteks penguatan kebijakan ekonomi hijau dan peningkatan
kesadaran global terhadap produk berkelanjutan. Untuk memaksimalkan peluang
ini, PT. Inalum dapat menginisiasi inkubasi inovasi limbah industri berbasis
Hepta Helix, melibatkan kampus dan pelaku industri kreatif.
Ancaman regulasi dan pasar dapat diminimalkan melalui
adopsi standar lingkungan yang lebih tinggi, diversifikasi produk limbah, dan
penguatan branding hijau korporasi. Dengan strategi yang adaptif dan
kolaboratif, PT. Inalum dapat menjadikan pengelolaan limbah B3 sebagai
keunggulan kompetitif sekaligus kontribusi terhadap ketahanan lingkungan
nasional.
I.
Kesimpulan
Kajian ini menunjukkan bahwa pengelolaan limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di PT. Inalum dapat ditransformasikan menjadi
sistem yang berorientasi pada keberlanjutan melalui penerapan pendekatan Zero
Waste dan Ekonomi Sirkular. Dengan potensi limbah seperti anode
scraps, black dross, spent pot lining (SPL), baking filter dust (BFD), dan
sludge yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal, perusahaan memiliki
peluang besar untuk menciptakan produk inovatif seperti komposit bangunan,
karbon aktif, dan bata tahan panas.
Penerapan model pengelolaan limbah yang
terintegrasi dengan pendekatan Hepta Helix Collaboration membuka ruang
sinergi antara industri, akademisi, pemerintah, komunitas, media, lembaga
keuangan, dan LSM dalam membangun ekosistem inovasi yang mendukung pencapaian
indikator SDGs dan target PROPER GOLD. Kajian ini juga
membuktikan bahwa pendekatan sistemik berbasis grand theory (pembangunan
berkelanjutan, circular economy, dan inovasi kolaboratif) dapat membingkai
strategi pengelolaan limbah tidak hanya sebagai kewajiban lingkungan, tetapi
sebagai peluang penciptaan nilai tambah dan ketahanan industri.
Dengan roadmap yang dirancang selama lima tahun dan
dukungan metodologi berbasis bukti (evidence-based strategy), hasil kajian ini
diharapkan dapat menjadi acuan dalam penyusunan kebijakan lingkungan industri,
pengembangan produk inovatif dari limbah B3, serta penguatan kapasitas lokal
menuju ekonomi hijau dan biru yang tangguh dan berdaya saing. (ms2).