TATA KELOLA LIMBAH PESISIR MENJADI PRODUK INOVASI DI BELAWAN SUMATERA UTARA (Menuju Kota Bersih Zero Waste, Sirkular Ekonomi, SDG’s, Ekonomi Hijau & Biru, serta Proper Gold Award)


oleh ;

1. KH. Dr. Muhammad Sontang Sihotang S.Si, M.Si*.(Kepala Laboratorium Fisika Nuklir, Prodi Fisika, Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam, Peneliti Pusat Unggulan Ipteks Karbon & Kemenyan-Universitas Sumatera Utara (USU)-Medan, Peserta Pra Asesmen Mandiri (PAM) Indonesia Timur Gelombang VI.

2. Ir. Nuryana, (Direktur Kelembagaan dan Kerjasama YGSN (Yayasan Gerakan Solidaritas Nasional), Assessor Nasional Pra Assessmen Mandiri (PAM) untuk Proses Pemilihan Nominasi Calon Komisaris Independen BUMN wilayah Indonesia Timur.

Pendahuluan

Tata kelola limbah pesisir merupakan salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh banyak kota pesisir di Indonesia, termasuk Belawan, Sumatera Utara. Dalam beberapa tahun terakhir, peningkatan volume limbah, baik itu organik maupun an-organik, telah mengancam keberlanjutan ekosistem pesisir dan kualitas hidup masyarakat sekitar. Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan suatu pendekatan yang inovatif, tidak hanya dalam pengelolaan limbah, tetapi juga dalam menciptakan solusi yang melibatkan pemberdayaan masyarakat dan mendukung pembangunan berkelanjutan. Artikel ini membahas inisiatif tata kelola limbah pesisir menjadi produk inovasi dengan konsep zero waste, sirkular ekonomi, serta kontribusi terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG's), ekonomi hijau dan biru, serta penghargaan Proper Gold Award melalui pemberdayaan masyarakat dengan terapi okupasi kepada kelompok rentan seperti lansia, ODGJ, remaja putus sekolah, dan difabel.

Latar Belakang

Masalah pengelolaan limbah pesisir, khususnya di wilayah Medan Belawan. Kecamatan Medan Belawan merupakan kawasan pesisir strategis yang menghadapi tantangan serius berupa akumulasi limbah, khususnya limbah an-organik seperti plastik & limbah organik dari kawasan pemukiman padat.

Limbah an-organik berbasis kalsium karbonat (kerang, kepah, mentarang, cangkang laut), serta residu karbon (arang, biomassa laut).Aktivitas pelabuhan, serta industri pesisir menghasilkan akumulasi sampah yang merupakan tantangan ekologis, sosial & ekonomi (sosek) yang signifikan serta berdampak langsung pada kesehatan masyarakat, kesejahteraan sosial (kesmas & kesos) serta kualitas lingkungan hidup.Dalam konteks ini, dibutuhkan pendekatan sistemik & integratif berbasis inovasi berkelanjutan untuk mengelola limbah menjadi zero waste, meningkatkan sumber daya ekonomi (sirkular ekonomi), sekaligus menjawab tantangan serta isu-isu strategis nasional sehingga di perlukan usaha untuk menurunkan atau mengentaskan kemiskinan ekstrem, menurunkan angka prevalensi stunting, serta pemberdayaan masyarakat (community development) kelompok rentan dalam upaya terapi okupasi kepada orang tua jompo / lansia, difabel / disabilitas, ODGJ (Orang Dalam Gangguan Jiwa) & remaja putus sekolah, etc).

Untuk menjawab tantangan ini secara holistik, diperlukan inovasi tata kelola limbah pesisir yang tidak hanya menyasar aspek lingkungan, namun juga ter-integrasi dengan dimensi sosial, ekonomi &  kesehatan masyarakat. Strategi ini diarahkan menuju pencapaian Sustainable Development Goals (SDG’s), penguatan Circular Economy, kolaborasi model hepta helix (stakeholder  transformasi menuju Green and Blue Economy, serta perolehan Proper (Public Disclosure for Environmental Compliance) Gold Award.

Tujuan 

1.   Mewujudkan Kota Belawan Medan sebagai kota bersih berbasis konsep Zero Waste &  ekonomi sirkular.

2.   Mengembangkan produk inovasi dari limbah pesisir (kalsium karbonat, fosfat & karbon serta karbon aktif).

3.  Menyusun model keuangan berbasis akuntansi bisnis (business model canvas, ROI, BEP).

4.  Mendorong pemberdayaan sosial melalui occupational therapy bagi kelompok rentan.

5.  Membentuk program pembelian sampah oleh UPT sebagai insentif berbasis ekonomi sirkular.

6.  Mengentaskan kemiskinan ekstrem & menurunkan angka stunting secara sistemik.

Ruang Lingkup Kegiatan

1.     Pemilahan & Pengolahan Limbah Pesisir

o    Limbah kalsium karbonat & fosfat : Diolah menjadi pupuk, bahan bangunan ramah lingkungan, kerajinan.

o    Limbah karbon & karbon aktif (activated carbon): Diolah menjadi briket, karbon aktif, & filter air.

2.     Model Akuntansi Keuangan

o    Penyusunan laporan arus kas, laba rugi & neraca.

o    Perhitungan Break-Even Point (BEP)Return on Investment (RoI) & simulasi valuasi.

3.     Skema Kemitraan & Pembelian Sampah

o    Pengadaan eco-voucher dari UPT sebagai insentif atas pengumpulan limbah.

o    Integrasi dengan BUMDes, Koperasi Merah Putih & LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) lingkungan.

4.     Pemberdayaan Berbasis Okupasi Terapi

o    Pelatihan teknis untuk difabel, lansia, ODGJ, pengangguran & remaja putus sekolah.

o    Pendampingan psi-kososial berbasis aktivitas produktif & inklusif serta berbasis kerohanian (spiritual).

5.     Sosialisasi & Edukasi Masyarakat

o    Kampanye sadar lingkungan, pelatihan pengelolaan sampah rumah tangga.

o    Pembentukan Kampung Iklim & Kelompok Swadaya Masyarakat Zero Waste.

Strategi Implementasi

Strategi

Deskripsi

1. Inovasi Teknologi  

 Tepat Guna

Mesin pengolah limbah sederhana berbasis energi terbarukan.

2. Akuntabilitas Sosial

Pelibatan kelompok rentan dalam setiap lini kegiatan.

3. Kolaborasi Multi-   Pihak

Pemerintah, swasta, akademisi, masyarakat sipil.

4. Monitoring &   Evaluasi (Monev)

Indikator : volume limbah dikurangi, jumlah produk, jumlah tenaga kerja rentan diberdayakan, capaian ekonomi dan dampak sosial.

Kerangka Teoritis

Inovasi dalam pengelolaan limbah pesisir ini dapat dilakukan dengan pendekatan sirkular ekonomi, yang mengedepankan prinsip pengurangan, penggunaan kembali, dan daur ulang. Dengan memanfaatkan limbah pesisir sebagai bahan baku, seperti kalsium karbonat dan karbon, yang dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomi, kita tidak hanya mengurangi dampak negatif limbah terhadap lingkungan tetapi juga menciptakan peluang ekonomi bagi masyarakat. Pendekatan sirkular ekonomi ini sangat terkait dengan prinsip SDGs, khususnya SDG 12 yang menekankan pentingnya mengurangi konsumsi dan produksi yang berlebihan, serta SDG 14 yang berfokus pada perlindungan ekosistem laut.

Selain itu, pemberdayaan masyarakat berbasis terapi okupasi menjadi landasan penting dalam proses ini. Terapi okupasi, sebagai salah satu pendekatan dalam rehabilitasi sosial, dapat digunakan untuk membantu kelompok-kelompok rentan seperti lansia, ODGJ, remaja putus sekolah, dan difabel dalam keterampilan produksi. Kegiatan ini tidak hanya memberikan manfaat kesehatan mental dan fisik, tetapi juga membantu mereka memperoleh penghasilan tambahan yang dapat meningkatkan kualitas hidup mereka.

Metodologi

Proyek ini melibatkan pendekatan kolaboratif antara pemerintah daerah, masyarakat, serta lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang memiliki fokus pada pemberdayaan sosial dan pengelolaan lingkungan. Beberapa tahapan yang direncanakan dalam proyek ini adalah:

1.  Identifikasi Sumber Limbah Pesisir
Identifikasi sumber-sumber limbah pesisir yang dapat dimanfaatkan, termasuk limbah plastik, cangkang kerang, dan material organik lainnya yang dapat diproses menjadi kalsium karbonat kalsium fosfat, karbon dan Karbon Aktif (Activated Carbon)

2.  Pelatihan dan Terapi Okupasi
Pelatihan kepada kelompok rentan, seperti lansia, ODGJ, remaja putus sekolah (RPS), dan difabel, mengenai cara-cara pengolahan limbah pesisir menjadi produk inovasi yang bernilai tambah (added value). Pelatihan ini dilakukan dengan pendekatan terapi okupasi, yang tidak hanya mengajarkan keterampilan praktis tetapi juga memberikan manfaat terapeutik.

3.  Penciptaan Produk Inovasi
Limbah pesisir yang telah diolah akan digunakan untuk menciptakan produk seperti kalsium karbonat / fosfat, karbon / karbon aktif yang dapat digunakan dalam industri bangunan, pupuk ( pertanian, perkebunan), kesehatan (proses rawatan  dan penjernihan air bersih), lingkungan, pemakanan dan minuman (food & beverage), penelitian mahasiswa di perguruan tinggi atau bahkan produk-produk daur ulang lainnya yang memiliki nilai jual tinggi.

4.  Penerapan Prinsip Sirkular Ekonomi dan Zero Waste
Semua produk inovasi yang dihasilkan akan mengikuti prinsip sirkular ekonomi dan zero waste, dengan meminimalkan limbah dan memaksimalkan penggunaan kembali material.

5.   Pemantauan dan Evaluasi
Untuk memastikan keberlanjutan proyek, pemantauan dan evaluasi akan dilakukan secara berkala. Pemantauan ini mencakup dampak lingkungan, sosial, serta ekonominya terhadap masyarakat.


Konsep Kolaborasi Hepta Helix dalam Program (Project) Tata Kelola Limbah Pesisir di Belawan


Kolaborasi Hepta Helix adalah sebuah konsep yang mengintegrasikan tujuh elemen atau pemangku kepentingan (stakeholders) dalam suatu ekosistem pembangunan berkelanjutan. Konsep ini berfokus pada pentingnya kerjasama lintas sektor dalam menciptakan solusi yang efektif, inovatif, dan inklusif untuk masalah yang kompleks. Dalam konteks proyek pengelolaan limbah pesisir di Belawan, Sumatera Utara, kolaborasi hepta helix memainkan peran penting dalam memastikan keberhasilan dan keberlanjutan proyek.

Berikut adalah tujuh elemen dalam kolaborasi hepta helix yang dapat diterapkan pada proyek ini:

1. Pemerintah

Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, berperan sebagai fasilitator dan pengatur dalam proyek ini. Tugas pemerintah mencakup:

  • Menyediakan kebijakan yang mendukung pengelolaan limbah pesisir dan pengembangan ekonomi sirkular.
  • Mengalokasikan anggaran dan sumber daya yang dibutuhkan untuk mendukung proyek ini.
  • Mendorong regulasi terkait pengurangan limbah dan perlindungan lingkungan.
  • Mengintegrasikan proyek ini dalam program pengentasan kemiskinan ekstrem dan penurunan angka stunting.

2. Industri

Peran industri adalah sebagai penyedia teknologi dan inovasi yang dibutuhkan untuk mendukung pengolahan limbah pesisir. Industri juga berperan sebagai pihak yang dapat mengintegrasikan produk hasil pengolahan limbah menjadi bahan baku dalam produksi mereka.

  • Menyediakan teknologi dan keahlian dalam pengolahan limbah pesisir menjadi produk inovatif (misalnya kalsium karbonat dan fosfat).
  • Menggunakan produk daur ulang sebagai bahan baku industri untuk mendukung ekonomi sirkular.
  • Mendorong pelatihan bagi masyarakat agar mereka dapat mengakses teknologi yang ada.

3. Masyarakat (Komunitas Lokal)

Masyarakat merupakan aktor utama yang terlibat dalam pengumpulan dan pengolahan limbah pesisir, terutama kelompok rentan seperti lansia, remaja putus sekolah, ODGJ, dan difabel.

  • Terlibat aktif dalam proses pengelolaan limbah pesisir dengan pelatihan dan terapi okupasi.
  • Menjadi penggerak utama dalam penerapan solusi berbasis lokal yang relevan dengan kebutuhan mereka.
  • Memberikan umpan balik terkait keberhasilan dan tantangan dalam implementasi program.

4. Akademisi (Perguruan Tinggi)

Akademisi berperan dalam memberikan dasar ilmiah dan riset yang diperlukan untuk mendukung proyek ini dengan teknologi dan pendekatan yang terbaru.

  • Melakukan riset dan kajian terkait pengelolaan limbah pesisir serta penerapan teknologi daur ulang.
  • Menyediakan tenaga ahli untuk memberikan pelatihan teknis bagi masyarakat dan industri.
  • Membantu melakukan evaluasi dan pengembangan program agar terus berkelanjutan dan adaptif terhadap perubahan.

5. Media

Media memainkan peran penting dalam menyebarkan informasi terkait pentingnya pengelolaan limbah pesisir dan dampaknya terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat.

  • Membantu dalam penyuluhan dan edukasi publik tentang pentingnya pengelolaan limbah pesisir yang ramah lingkungan.
  • Menyebarkan cerita sukses dan manfaat dari proyek ini kepada masyarakat luas untuk menciptakan kesadaran dan partisipasi aktif.
  • Memperkenalkan produk inovasi yang dihasilkan dari limbah pesisir ke pasar yang lebih luas.

6. Lembaga Keuangan

Lembaga keuangan, baik bank, lembaga mikrofinansial, maupun investor, dapat mendukung proyek ini dengan menyediakan pendanaan yang diperlukan untuk pengembangan infrastruktur dan teknologi.

  • Menyediakan pinjaman atau investasi untuk pengembangan bisnis berbasis limbah pesisir.
  • Memberikan dukungan pendanaan untuk pelatihan dan pemberdayaan masyarakat.
  • Mendorong pengembangan model bisnis yang menguntungkan dengan pendekatan ekonomi hijau dan biru.

7. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) / Organisasi Non-Pemerintah

LSM memiliki peran penting dalam mendukung proses pemberdayaan masyarakat serta memastikan bahwa program ini dapat menjangkau kelompok-kelompok rentan dengan cara yang inklusif.

  • Menyediakan dukungan dalam pengembangan kapasitas masyarakat melalui pelatihan dan bantuan teknis.
  • Berperan dalam menjaga transparansi dan akuntabilitas dalam pelaksanaan proyek.
  • Membantu dalam pengumpulan data dan pemantauan hasil proyek untuk memastikan bahwa tujuan sosial dan lingkungan tercapai.

Output & Outcome

Output

Outcome

Produk karbon aktif, pupuk kalsium, kerajinan daur ulang, etc.

Penurunan limbah 35 % dalam 1 tahun

Pendidikan & Pelatihan (Diklat) 200 orang kelompok rentan

Penurunan angka stunting 15 % di wilayah target

Sistem insentif pembelian sampah berjalan

Penurunan tingkat pengangguran kelompok rentan 25 %

Indikator Keberhasilan (Berkelanjutan)

  • Ter-integrasi dalam Sistem Informasi Pembangunan Berbasis Lingkungan.
  • Masuk dalam penilaian Proper Emas oleh Kementerian LHK.
  • Mendukung capaian SDG’s 1 (Tanpa Kemiskinan), SDG’s 3 (Kesehatan yang Baik), SDG’s 12 (Konsumsi & Produksi yang Bertanggung Jawab), SDG’s 13 (Aksi Iklim) & SDG’s 14 (Ekosistem Laut).

Hasil yang Akan Diharapkan

Dari inisiatif ini, beberapa hasil yang diharapkan adalah:

1.  Pengurangan Limbah Pesisir

     Dengan memanfaatkan limbah pesisir menjadi produk inovasi, diharapkan dapat mengurangi volume limbah yang mencemari lingkungan, meningkatkan kualitas ekosistem pesisir, dan mendorong terwujudnya kota yang bersih, asri, hijau (green environment) dan bebas dari limbah (zero waste).

2.  Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan kelompok rentan melalui terapi okupasi diharapkan dapat membuka peluang ekonomi baru bagi mereka, mengurangi tingkat pengangguran, serta meningkatkan kualitas hidup melalui keterampilan baru yang mereka pelajari.

3.  Peningkatan Sosial Ekonomi Masyarakat, Khususnya Lansia Rentan


Salah satu hasil penting yang diharapkan dari penerapan terapi okupasi adalah peningkatan pendapatan bagi orang tua rentan, khususnya lansia. Dengan memberikan kesempatan kepada lansia untuk terlibat dalam proses pengolahan limbah pesisir, mereka dapat memperoleh pendapatan yang setara dengan upah minimum regional (UMR) Belawan. Pendapatan ini diharapkan dapat membantu meningkatkan taraf hidup mereka serta mengurangi kemiskinan ekstrem di kalangan lansia. Hal ini juga mendukung program pemerintah dalam pengentasan kemiskinan ekstrem dan penurunan angka prevalensi stunting di Belawan, karena kesejahteraan lansia yang lebih baik dapat berkontribusi pada pola hidup keluarga yang lebih sehat.

     4. Peningkatan Sosial Ekonomi Remaja Putus Sekolah, ODGJ, dan Orang  

         Terindikasi Pemakai Napza

 

Selain lansia, kelompok rentan lainnya, seperti remaja putus sekolah, orang dalam gangguan jiwa (ODGJ), serta mereka yang terindikasi sebagai pemakai napza atau pengguna narkoba (narkobais), juga akan mendapatkan manfaat dari pemberdayaan melalui terapi okupasi. Dengan melibatkan mereka dalam proses produksi yang terstruktur dan menghasilkan pendapatan yang sesuai dengan UMR Belawan (minimal Rp.100.000, -perhari), kelompok-kelompok ini akan memiliki kesempatan untuk memperbaiki kualitas hidup mereka. Pemberian keterampilan melalui terapi okupasi dapat membantu mereka memperoleh pendapatan yang stabil, mengurangi ketergantungan pada narkoba atau substansi berbahaya, serta meningkatkan keterlibatan sosial mereka dalam masyarakat. Hal ini secara langsung akan mendukung upaya pengentasan kemiskinan ekstrem dan penurunan angka prevalensi stunting di Belawan, serta berkontribusi pada pengurangan angka kejahatan terkait penyalahgunaan napza di wilayah tersebut.

     5.  Peningkatan Kesehatan dan Penurunan Prevalensi Stunting pada  

          Anak, Remaja, dan Dewasa Produktif

Salah satu manfaat tambahan dari produk inovasi ini, seperti kalsium karbonat dan kalsium fosfat, adalah apabila produk-produk ini dimasukkan sebagai bahan tambahan adiktif dalam makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh warga Belawan, dapat memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan gizi masyarakat. Terutama untuk anak-anak balita, remaja, serta dewasa produktif, tambahan nutrisi ini dapat membantu dalam mengurangi angka prevalensi stunting. Kalsium dan fosfat memiliki peran penting dalam pembentukan tulang dan gigi yang sehat, serta mendukung pertumbuhan optimal pada anak-anak dan remaja. Dengan meningkatkan asupan nutrisi yang tepat, diharapkan dapat memperbaiki kondisi gizi masyarakat Belawan, sekaligus berkontribusi dalam upaya penurunan angka stunting yang menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.

6. Pencapaian SDG’s


Proyek ini berkontribusi langsung terhadap pencapaian beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG’s), seperti SDG 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab), SDG 14 (Kehidupan Bawah Air), dan SDG 8 (Pekerjaan yang Layak dan Pertumbuhan Ekonomi).

7. Penghargaan Proper Gold Award

Dengan menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan dan inovasi, proyek ini diharapkan dapat meraih penghargaan Proper Gold Award sebagai pengakuan atas upaya dalam pengelolaan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat.


Kesimpulan

1.              1. Solusi Inovatif untuk Pengelolaan Limbah Pesisir

     Proyek ini menawarkan solusi yang inovatif dalam mengelola limbah pesisir di Belawan, Sumatera Utara, melalui penerapan prinsip sirkular ekonomi dan zero waste. Hal ini tidak hanya mengurangi dampak negatif limbah terhadap lingkungan, tetapi juga memberikan nilai tambah bagi masyarakat dengan menciptakan produk bernilai ekonomi.

2.               2. Pemberdayaan Kelompok Rentan Melalui Terapi Okupasi

Dengan melibatkan kelompok rentan seperti lansia, remaja putus sekolah, ODGJ, dan difabel dalam terapi okupasi yang produktif, proyek ini dapat membuka peluang ekonomi baru bagi mereka. Pendapatan yang dihasilkan dari keterlibatan mereka diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan sosial, serta berkontribusi dalam pengentasan kemiskinan ekstrem di Belawan.

3.  Inovasi Produk untuk Peningkatan Gizi Masyarakat

     Produk inovasi seperti kalsium karbonat dan kalsium fosfat yang dihasilkan dari limbah pesisir memiliki potensi besar untuk digunakan sebagai bahan tambahan dalam makanan dan minuman. Penggunaan produk ini diharapkan dapat membantu mengurangi angka prevalensi stunting, serta meningkatkan kesehatan anak-anak balita, remaja, dewasa produktif, dan lansia di Belawan.

4.   Kontribusi Terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG's)

    Proyek ini berkontribusi langsung terhadap pencapaian beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG's), khususnya SDG 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab), SDG 14 (Kehidupan Bawah Air), dan SDG 8 (Pekerjaan yang Layak dan Pertumbuhan Ekonomi).

5. Penghargaan Proper Gold Award

Dengan menerapkan prinsip keberlanjutan dan inovasi, proyek ini diharapkan dapat meraih penghargaan Proper Gold Award sebagai pengakuan atas upaya dalam pengelolaan lingkungan yang baik serta pemberdayaan masyarakat yang inklusif.

          6.  Implementasi Kolaborasi Hepta Helix pada Proyek ini

Untuk mengimplementasikan konsep kolaborasi hepta helix dalam proyek pengelolaan limbah pesisir di Belawan, setiap elemen tersebut perlu bekerja sama dalam keselarasan tujuan yang jelas dan terukur. Pendekatan lintas sektoral ini dapat memastikan bahwa :

  • Proyek ini dapat berjalan secara holistik, dengan melibatkan semua pihak yang memiliki kepentingan, keahlian, dan sumber daya.
  • Dapat menciptakan solusi yang tidak hanya efektif dalam pengelolaan limbah, tetapi juga memberdayakan masyarakat untuk memperbaiki kondisi sosial ekonomi mereka.
  • Menciptakan model pembangunan berkelanjutan yang dapat direplikasi di kota pesisir lainnya di Indonesia.

Dengan integrasi pemangku kepentingan yang melibatkan ketujuh elemen ini, proyek pengelolaan limbah pesisir di Belawan diharapkan dapat menjadi model terbaik dalam pengelolaan lingkungan, pemberdayaan sosial, dan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG’s).

         Optional

          7. Model untuk Kota Pesisir Lainnya

Proyek ini dapat menjadi model bagi kota pesisir lainnya di Indonesia  dalam  mengelola limbah secara lebih efektif, sambil memberdayakan komunitas-komunitas rentan. Kesuksesan proyek ini dapat memberikan dorongan bagi pemerintah dan sektor swasta untuk berpartisipasi lebih aktif dalam mewujudkan  kota yang lebih bersih, inklusif, dan berkelanjutan. (ms2).






Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak