oleh ;
1. KH. Dr. Muhammad Sontang Sihotang
S.Si, M.Si*.(Kepala Laboratorium Fisika Nuklir, Prodi Fisika, Fakultas
Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam, Peneliti Pusat Unggulan Ipteks Karbon
& Kemenyan-Universitas Sumatera Utara (USU)-Medan, Peserta Pra Asesmen
Mandiri (PAM) Indonesia Timur Gelombang VI.
2. Ir. Nuryana, (Direktur Kelembagaan dan Kerjasama YGSN (Yayasan Gerakan Solidaritas Nasional), Assessor Nasional Pra Assessmen Mandiri (PAM) untuk Proses Pemilihan Nominasi Calon Komisaris Independen BUMN wilayah Indonesia Timur.
Pendahuluan
Tata kelola limbah pesisir merupakan
salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh banyak kota pesisir di Indonesia,
termasuk Belawan, Sumatera Utara. Dalam beberapa tahun terakhir, peningkatan
volume limbah, baik itu organik maupun an-organik, telah mengancam
keberlanjutan ekosistem pesisir dan kualitas hidup masyarakat sekitar. Untuk
mengatasi permasalahan ini, diperlukan suatu pendekatan yang inovatif, tidak
hanya dalam pengelolaan limbah, tetapi juga dalam menciptakan solusi yang
melibatkan pemberdayaan masyarakat dan mendukung pembangunan berkelanjutan.
Artikel ini membahas inisiatif tata kelola limbah pesisir menjadi produk
inovasi dengan konsep zero waste, sirkular ekonomi, serta kontribusi terhadap
pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG's), ekonomi hijau dan biru,
serta penghargaan Proper Gold Award melalui pemberdayaan masyarakat dengan
terapi okupasi kepada kelompok rentan seperti lansia, ODGJ, remaja putus
sekolah, dan difabel.
Latar Belakang
Masalah pengelolaan limbah pesisir,
khususnya di wilayah Medan Belawan. Kecamatan Medan Belawan merupakan
kawasan pesisir strategis yang menghadapi tantangan serius berupa akumulasi
limbah, khususnya limbah an-organik seperti plastik & limbah
organik dari kawasan pemukiman padat.
Limbah an-organik berbasis kalsium
karbonat (kerang, kepah, mentarang, cangkang laut), serta residu karbon (arang,
biomassa laut).Aktivitas pelabuhan, serta industri pesisir menghasilkan
akumulasi sampah yang merupakan tantangan ekologis, sosial & ekonomi
(sosek) yang signifikan serta berdampak langsung pada kesehatan masyarakat,
kesejahteraan sosial (kesmas & kesos) serta kualitas lingkungan hidup.Dalam
konteks ini, dibutuhkan pendekatan sistemik & integratif berbasis inovasi
berkelanjutan untuk mengelola limbah menjadi zero waste, meningkatkan sumber
daya ekonomi (sirkular ekonomi), sekaligus menjawab tantangan serta isu-isu
strategis nasional sehingga di perlukan usaha untuk menurunkan atau
mengentaskan kemiskinan ekstrem, menurunkan angka prevalensi stunting, serta
pemberdayaan masyarakat (community development) kelompok rentan dalam upaya
terapi okupasi kepada orang tua jompo / lansia, difabel / disabilitas, ODGJ
(Orang Dalam Gangguan Jiwa) & remaja putus sekolah, etc).
Untuk menjawab tantangan ini secara
holistik, diperlukan inovasi tata kelola limbah pesisir yang tidak hanya
menyasar aspek lingkungan, namun juga ter-integrasi dengan dimensi sosial,
ekonomi & kesehatan masyarakat. Strategi ini diarahkan menuju
pencapaian Sustainable Development Goals (SDG’s), penguatan Circular
Economy, kolaborasi model hepta helix
(stakeholder transformasi menuju Green and Blue
Economy, serta perolehan Proper (Public Disclosure for
Environmental Compliance) Gold Award.
Tujuan
1. Mewujudkan Kota Belawan Medan sebagai kota bersih
berbasis konsep Zero Waste & ekonomi sirkular.
2. Mengembangkan produk inovasi dari limbah pesisir
(kalsium karbonat, fosfat & karbon serta karbon aktif).
3. Menyusun model keuangan berbasis akuntansi bisnis
(business model canvas, ROI, BEP).
4. Mendorong pemberdayaan sosial melalui occupational
therapy bagi kelompok rentan.
5. Membentuk program pembelian sampah oleh
UPT sebagai insentif berbasis ekonomi sirkular.
6. Mengentaskan kemiskinan ekstrem & menurunkan angka
stunting secara sistemik.
Ruang Lingkup Kegiatan
1. Pemilahan & Pengolahan Limbah
Pesisir
o Limbah kalsium karbonat & fosfat : Diolah
menjadi pupuk, bahan bangunan ramah lingkungan, kerajinan.
o Limbah karbon & karbon aktif (activated
carbon): Diolah menjadi briket, karbon aktif, & filter air.
2. Model Akuntansi Keuangan
o Penyusunan laporan arus kas, laba rugi &
neraca.
o Perhitungan Break-Even Point (BEP), Return
on Investment (RoI) & simulasi valuasi.
3. Skema Kemitraan & Pembelian
Sampah
o Pengadaan eco-voucher dari UPT
sebagai insentif atas pengumpulan limbah.
o Integrasi dengan BUMDes, Koperasi Merah Putih
& LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) lingkungan.
4. Pemberdayaan Berbasis Okupasi Terapi
o Pelatihan teknis untuk difabel, lansia, ODGJ,
pengangguran & remaja putus sekolah.
o Pendampingan psi-kososial berbasis aktivitas
produktif & inklusif serta berbasis kerohanian (spiritual).
5. Sosialisasi & Edukasi Masyarakat
o Kampanye sadar lingkungan, pelatihan
pengelolaan sampah rumah tangga.
o Pembentukan Kampung Iklim & Kelompok
Swadaya Masyarakat Zero Waste.
Strategi Implementasi
Strategi |
Deskripsi |
1. Inovasi
Teknologi Tepat Guna |
Mesin pengolah limbah sederhana berbasis energi
terbarukan. |
2. Akuntabilitas Sosial |
Pelibatan kelompok rentan dalam setiap lini
kegiatan. |
3.
Kolaborasi Multi- Pihak |
Pemerintah, swasta, akademisi, masyarakat sipil. |
4.
Monitoring & Evaluasi (Monev) |
Indikator : volume limbah dikurangi, jumlah
produk, jumlah tenaga kerja rentan diberdayakan, capaian ekonomi dan dampak
sosial. |
Kerangka Teoritis
Inovasi dalam pengelolaan limbah
pesisir ini dapat dilakukan dengan pendekatan sirkular ekonomi, yang mengedepankan
prinsip pengurangan, penggunaan kembali, dan daur ulang. Dengan memanfaatkan
limbah pesisir sebagai bahan baku, seperti kalsium karbonat dan karbon, yang
dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomi, kita tidak hanya mengurangi
dampak negatif limbah terhadap lingkungan tetapi juga menciptakan peluang
ekonomi bagi masyarakat. Pendekatan sirkular ekonomi ini sangat terkait dengan
prinsip SDGs, khususnya SDG 12 yang menekankan pentingnya mengurangi konsumsi
dan produksi yang berlebihan, serta SDG 14 yang berfokus pada perlindungan
ekosistem laut.
Selain itu, pemberdayaan masyarakat
berbasis terapi okupasi menjadi landasan penting dalam proses ini. Terapi
okupasi, sebagai salah satu pendekatan dalam rehabilitasi sosial, dapat
digunakan untuk membantu kelompok-kelompok rentan seperti lansia, ODGJ, remaja
putus sekolah, dan difabel dalam keterampilan produksi. Kegiatan ini tidak
hanya memberikan manfaat kesehatan mental dan fisik, tetapi juga membantu
mereka memperoleh penghasilan tambahan yang dapat meningkatkan kualitas hidup
mereka.
Metodologi
Proyek ini melibatkan pendekatan
kolaboratif antara pemerintah daerah, masyarakat, serta lembaga swadaya
masyarakat (LSM) yang memiliki fokus pada pemberdayaan sosial dan pengelolaan
lingkungan. Beberapa tahapan yang direncanakan dalam proyek ini adalah:
1. Identifikasi Sumber Limbah Pesisir
Identifikasi sumber-sumber limbah pesisir yang dapat dimanfaatkan, termasuk
limbah plastik, cangkang kerang, dan material organik lainnya yang dapat
diproses menjadi kalsium karbonat kalsium fosfat, karbon dan Karbon Aktif
(Activated Carbon)
2. Pelatihan dan Terapi Okupasi
Pelatihan kepada kelompok rentan, seperti lansia, ODGJ, remaja putus sekolah
(RPS), dan difabel, mengenai cara-cara pengolahan limbah pesisir menjadi produk
inovasi yang bernilai tambah (added value). Pelatihan ini dilakukan dengan pendekatan
terapi okupasi, yang tidak hanya mengajarkan keterampilan praktis tetapi juga
memberikan manfaat terapeutik.
3. Penciptaan Produk Inovasi
Limbah pesisir yang telah diolah akan digunakan untuk menciptakan produk
seperti kalsium karbonat / fosfat, karbon / karbon aktif yang dapat digunakan
dalam industri bangunan, pupuk ( pertanian, perkebunan), kesehatan (proses
rawatan dan penjernihan air bersih), lingkungan, pemakanan dan minuman
(food & beverage), penelitian mahasiswa di perguruan tinggi atau bahkan
produk-produk daur ulang lainnya yang memiliki nilai jual tinggi.
4. Penerapan Prinsip Sirkular Ekonomi dan Zero Waste
Semua produk inovasi yang dihasilkan akan mengikuti prinsip sirkular ekonomi
dan zero waste, dengan meminimalkan limbah dan memaksimalkan penggunaan kembali
material.
5. Pemantauan dan Evaluasi
Untuk memastikan keberlanjutan proyek, pemantauan dan evaluasi akan dilakukan
secara berkala. Pemantauan ini mencakup dampak lingkungan, sosial, serta
ekonominya terhadap masyarakat.
Konsep Kolaborasi Hepta Helix dalam Program (Project) Tata Kelola Limbah Pesisir di Belawan
Kolaborasi Hepta
Helix adalah sebuah konsep yang mengintegrasikan
tujuh elemen atau pemangku kepentingan (stakeholders) dalam suatu ekosistem
pembangunan berkelanjutan. Konsep ini berfokus pada pentingnya kerjasama lintas
sektor dalam menciptakan solusi yang efektif, inovatif, dan inklusif untuk
masalah yang kompleks. Dalam konteks proyek pengelolaan limbah pesisir di
Belawan, Sumatera Utara, kolaborasi hepta helix memainkan peran penting dalam
memastikan keberhasilan dan keberlanjutan proyek.
Berikut adalah tujuh elemen dalam
kolaborasi hepta helix yang dapat diterapkan pada proyek ini:
1. Pemerintah
Pemerintah, baik di tingkat pusat
maupun daerah, berperan sebagai fasilitator dan pengatur dalam proyek ini.
Tugas pemerintah mencakup:
- Menyediakan kebijakan yang mendukung
pengelolaan limbah pesisir dan pengembangan ekonomi sirkular.
- Mengalokasikan anggaran dan sumber daya yang
dibutuhkan untuk mendukung proyek ini.
- Mendorong regulasi terkait pengurangan limbah
dan perlindungan lingkungan.
- Mengintegrasikan proyek ini dalam program
pengentasan kemiskinan ekstrem dan penurunan angka stunting.
2. Industri
Peran industri adalah sebagai penyedia
teknologi dan inovasi yang dibutuhkan untuk mendukung pengolahan limbah
pesisir. Industri juga berperan sebagai pihak yang dapat mengintegrasikan
produk hasil pengolahan limbah menjadi bahan baku dalam produksi mereka.
- Menyediakan teknologi dan keahlian dalam
pengolahan limbah pesisir menjadi produk inovatif (misalnya kalsium
karbonat dan fosfat).
- Menggunakan produk daur ulang sebagai bahan
baku industri untuk mendukung ekonomi sirkular.
- Mendorong pelatihan bagi masyarakat agar
mereka dapat mengakses teknologi yang ada.
3. Masyarakat
(Komunitas Lokal)
Masyarakat merupakan aktor utama yang
terlibat dalam pengumpulan dan pengolahan limbah pesisir, terutama kelompok
rentan seperti lansia, remaja putus sekolah, ODGJ, dan difabel.
- Terlibat aktif dalam proses pengelolaan limbah
pesisir dengan pelatihan dan terapi okupasi.
- Menjadi penggerak utama dalam penerapan solusi
berbasis lokal yang relevan dengan kebutuhan mereka.
- Memberikan umpan balik terkait keberhasilan
dan tantangan dalam implementasi program.
4. Akademisi
(Perguruan Tinggi)
Akademisi berperan dalam memberikan
dasar ilmiah dan riset yang diperlukan untuk mendukung proyek ini dengan
teknologi dan pendekatan yang terbaru.
- Melakukan riset dan kajian terkait pengelolaan
limbah pesisir serta penerapan teknologi daur ulang.
- Menyediakan tenaga ahli untuk memberikan
pelatihan teknis bagi masyarakat dan industri.
- Membantu melakukan evaluasi dan pengembangan
program agar terus berkelanjutan dan adaptif terhadap perubahan.
5. Media
Media memainkan peran penting dalam
menyebarkan informasi terkait pentingnya pengelolaan limbah pesisir dan
dampaknya terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat.
- Membantu dalam penyuluhan dan edukasi publik
tentang pentingnya pengelolaan limbah pesisir yang ramah lingkungan.
- Menyebarkan cerita sukses dan manfaat dari
proyek ini kepada masyarakat luas untuk menciptakan kesadaran dan
partisipasi aktif.
- Memperkenalkan produk inovasi yang dihasilkan
dari limbah pesisir ke pasar yang lebih luas.
6. Lembaga Keuangan
Lembaga keuangan, baik bank, lembaga
mikrofinansial, maupun investor, dapat mendukung proyek ini dengan menyediakan
pendanaan yang diperlukan untuk pengembangan infrastruktur dan teknologi.
- Menyediakan pinjaman atau investasi untuk pengembangan
bisnis berbasis limbah pesisir.
- Memberikan dukungan pendanaan untuk pelatihan
dan pemberdayaan masyarakat.
- Mendorong pengembangan model bisnis yang
menguntungkan dengan pendekatan ekonomi hijau dan biru.
7. Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) / Organisasi Non-Pemerintah
LSM memiliki peran penting dalam
mendukung proses pemberdayaan masyarakat serta memastikan bahwa program ini
dapat menjangkau kelompok-kelompok rentan dengan cara yang inklusif.
- Menyediakan dukungan dalam pengembangan
kapasitas masyarakat melalui pelatihan dan bantuan teknis.
- Berperan dalam menjaga transparansi dan
akuntabilitas dalam pelaksanaan proyek.
- Membantu dalam pengumpulan data dan pemantauan
hasil proyek untuk memastikan bahwa tujuan sosial dan lingkungan tercapai.
Output & Outcome
Output |
Outcome |
Produk karbon aktif, pupuk kalsium, kerajinan
daur ulang, etc. |
Penurunan limbah 35 % dalam 1 tahun |
Pendidikan & Pelatihan (Diklat) 200 orang
kelompok rentan |
Penurunan angka stunting 15 % di wilayah target |
Sistem insentif pembelian sampah berjalan |
Penurunan tingkat pengangguran kelompok rentan 25
% |
Indikator Keberhasilan (Berkelanjutan)
- Ter-integrasi
dalam Sistem Informasi Pembangunan Berbasis Lingkungan.
- Masuk
dalam penilaian Proper Emas oleh Kementerian LHK.
- Mendukung
capaian SDG’s 1 (Tanpa Kemiskinan), SDG’s 3 (Kesehatan yang Baik), SDG’s
12 (Konsumsi & Produksi yang Bertanggung Jawab), SDG’s 13 (Aksi Iklim)
& SDG’s 14 (Ekosistem Laut).
Hasil yang Akan Diharapkan
Dari inisiatif ini, beberapa hasil yang diharapkan
adalah:
1. Pengurangan Limbah Pesisir
Dengan memanfaatkan limbah pesisir menjadi produk inovasi, diharapkan dapat mengurangi volume limbah yang mencemari lingkungan, meningkatkan kualitas ekosistem pesisir, dan mendorong terwujudnya kota yang bersih, asri, hijau (green environment) dan bebas dari limbah (zero waste).
2. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan kelompok
rentan melalui terapi okupasi diharapkan dapat membuka peluang ekonomi baru
bagi mereka, mengurangi tingkat pengangguran, serta meningkatkan kualitas hidup
melalui keterampilan baru yang mereka pelajari.
3. Peningkatan Sosial Ekonomi Masyarakat, Khususnya Lansia
Rentan
Salah satu hasil penting yang diharapkan dari penerapan terapi okupasi adalah
peningkatan pendapatan bagi orang tua rentan, khususnya lansia. Dengan
memberikan kesempatan kepada lansia untuk terlibat dalam proses pengolahan
limbah pesisir, mereka dapat memperoleh pendapatan yang setara dengan upah
minimum regional (UMR) Belawan. Pendapatan ini diharapkan dapat membantu
meningkatkan taraf hidup mereka serta mengurangi kemiskinan ekstrem di kalangan
lansia. Hal ini juga mendukung program pemerintah dalam pengentasan kemiskinan
ekstrem dan penurunan angka prevalensi stunting di Belawan, karena
kesejahteraan lansia yang lebih baik dapat berkontribusi pada pola hidup
keluarga yang lebih sehat.
4. Peningkatan Sosial
Ekonomi Remaja Putus Sekolah, ODGJ, dan Orang
Terindikasi Pemakai Napza
Selain lansia,
kelompok rentan lainnya, seperti remaja putus sekolah, orang dalam gangguan
jiwa (ODGJ), serta mereka yang terindikasi sebagai pemakai napza atau pengguna
narkoba (narkobais), juga akan mendapatkan manfaat dari pemberdayaan melalui
terapi okupasi. Dengan melibatkan mereka dalam proses produksi yang terstruktur
dan menghasilkan pendapatan yang sesuai dengan UMR Belawan (minimal Rp.100.000,
-perhari), kelompok-kelompok ini akan memiliki kesempatan untuk memperbaiki
kualitas hidup mereka. Pemberian keterampilan melalui terapi okupasi dapat
membantu mereka memperoleh pendapatan yang stabil, mengurangi ketergantungan
pada narkoba atau substansi berbahaya, serta meningkatkan keterlibatan sosial
mereka dalam masyarakat. Hal ini secara langsung akan mendukung upaya
pengentasan kemiskinan ekstrem dan penurunan angka prevalensi stunting di
Belawan, serta berkontribusi pada pengurangan angka kejahatan terkait
penyalahgunaan napza di wilayah tersebut.
5. Peningkatan Kesehatan dan
Penurunan Prevalensi Stunting pada
Anak, Remaja, dan Dewasa Produktif
Salah satu manfaat
tambahan dari produk inovasi ini, seperti kalsium karbonat dan kalsium fosfat,
adalah apabila produk-produk ini dimasukkan sebagai bahan tambahan adiktif
dalam makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh warga Belawan, dapat memberikan
dampak signifikan terhadap peningkatan gizi masyarakat. Terutama untuk
anak-anak balita, remaja, serta dewasa produktif, tambahan nutrisi ini dapat
membantu dalam mengurangi angka prevalensi stunting. Kalsium dan fosfat
memiliki peran penting dalam pembentukan tulang dan gigi yang sehat, serta
mendukung pertumbuhan optimal pada anak-anak dan remaja. Dengan meningkatkan
asupan nutrisi yang tepat, diharapkan dapat memperbaiki kondisi gizi masyarakat
Belawan, sekaligus berkontribusi dalam upaya penurunan angka stunting yang
menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
6. Pencapaian SDG’s
Proyek ini berkontribusi langsung terhadap pencapaian beberapa Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (SDG’s), seperti SDG 12 (Konsumsi dan Produksi yang
Bertanggung Jawab), SDG 14 (Kehidupan Bawah Air), dan SDG 8 (Pekerjaan yang
Layak dan Pertumbuhan Ekonomi).
7. Penghargaan Proper Gold Award
Dengan menerapkan
prinsip-prinsip keberlanjutan dan inovasi, proyek ini diharapkan dapat meraih
penghargaan Proper Gold Award sebagai pengakuan atas upaya dalam pengelolaan
lingkungan dan pemberdayaan masyarakat.
Kesimpulan
1. 1. Solusi Inovatif untuk Pengelolaan Limbah Pesisir
Proyek ini menawarkan solusi yang inovatif dalam mengelola limbah pesisir di Belawan, Sumatera Utara, melalui penerapan prinsip sirkular ekonomi dan zero waste. Hal ini tidak hanya mengurangi dampak negatif limbah terhadap lingkungan, tetapi juga memberikan nilai tambah bagi masyarakat dengan menciptakan produk bernilai ekonomi.
2. 2. Pemberdayaan Kelompok Rentan Melalui
Terapi Okupasi
Dengan melibatkan kelompok rentan seperti lansia, remaja putus sekolah, ODGJ, dan difabel dalam terapi okupasi yang produktif, proyek ini dapat membuka peluang ekonomi baru bagi mereka. Pendapatan yang dihasilkan dari keterlibatan mereka diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan sosial, serta berkontribusi dalam pengentasan kemiskinan ekstrem di Belawan.
3. Inovasi Produk untuk Peningkatan Gizi Masyarakat
Produk inovasi seperti kalsium karbonat dan kalsium fosfat yang dihasilkan dari limbah pesisir memiliki potensi besar untuk digunakan sebagai bahan tambahan dalam makanan dan minuman. Penggunaan produk ini diharapkan dapat membantu mengurangi angka prevalensi stunting, serta meningkatkan kesehatan anak-anak balita, remaja, dewasa produktif, dan lansia di Belawan.
4.
Kontribusi Terhadap Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (SDG's)
Proyek ini berkontribusi
langsung terhadap pencapaian beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG's),
khususnya SDG 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab), SDG 14
(Kehidupan Bawah Air), dan SDG 8 (Pekerjaan yang Layak dan Pertumbuhan
Ekonomi).
5. Penghargaan Proper Gold Award
Dengan menerapkan prinsip keberlanjutan dan inovasi, proyek ini diharapkan
dapat meraih penghargaan Proper Gold Award sebagai pengakuan atas upaya dalam
pengelolaan lingkungan yang baik serta pemberdayaan masyarakat yang inklusif.
6.
Implementasi Kolaborasi Hepta Helix pada Proyek ini
Untuk
mengimplementasikan konsep kolaborasi hepta helix dalam proyek pengelolaan
limbah pesisir di Belawan, setiap elemen tersebut perlu bekerja sama dalam
keselarasan tujuan yang jelas dan terukur. Pendekatan lintas sektoral ini dapat
memastikan bahwa :
- Proyek ini dapat berjalan secara holistik,
dengan melibatkan semua pihak yang memiliki kepentingan, keahlian, dan
sumber daya.
- Dapat menciptakan solusi yang tidak hanya
efektif dalam pengelolaan limbah, tetapi juga memberdayakan masyarakat
untuk memperbaiki kondisi sosial ekonomi mereka.
- Menciptakan model pembangunan berkelanjutan
yang dapat direplikasi di kota pesisir lainnya di Indonesia.
Dengan integrasi
pemangku kepentingan yang melibatkan ketujuh elemen ini, proyek pengelolaan
limbah pesisir di Belawan diharapkan dapat menjadi model terbaik dalam
pengelolaan lingkungan, pemberdayaan sosial, dan pencapaian tujuan pembangunan
berkelanjutan (SDG’s).
Optional
7. Model untuk Kota Pesisir
Lainnya
Proyek ini dapat
menjadi model bagi kota pesisir lainnya di Indonesia dalam mengelola limbah secara lebih
efektif, sambil memberdayakan komunitas-komunitas rentan. Kesuksesan
proyek ini dapat memberikan dorongan bagi pemerintah dan sektor swasta
untuk berpartisipasi lebih aktif dalam mewujudkan kota yang lebih bersih,
inklusif, dan berkelanjutan. (ms2).